Sabtu, 23 April 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa      : M. Azis Kurniawan     Nama Asisten : 1. Abella Cyntia
NPM                           : 13515917                                                2. Desi Ratnasari
Tanggal Praktikum   : 31 Maret 2016             Paraf Asisten  :

1.    Percobaan                             : Indera Penglihatan
Nama Percobaan                  : Refleks (reaksi pupil)
Nama Subjek Percobaan     : Hendra Saputra
Tempat Percobaan               : Laboratorium Psikologi Faal
a.    Tujuan Percobaan           : Untuk mengetahui serta memahami reaksi
                                           reaksi yang terjadi pada pupil mata.
b.   Dasar Teori                      : Pupil adalah  celah  yang  terbentuk akibat iris,
fungsi dari celah ini adalah tempat cahaya masuk. Fungsi dari pupil adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk. Fungsinya ini hampir sama dengan diagfragma pada kamera atau alat potret. pupil ini berbentuk seperti celah bulat yang letaknya berada di tengah iris. Atau pupil adalah lubang dibagian tengah iris tempat cahaya masuk ke lensa. Pupil tampak hitam
pada dasarnya semua cahaya yang masuk diserap didalam mata. Jika cahaya disinari ke dalam mata, maka pupil akan mengecil. Bila cahaya mengenai retina terjadi impuls yang mula-mula berjalan melalui nervus optikus dan kemudian ke nukleus edinger westphal dan akhirnya kembali melalui syaraf parasimpatis untuk mengkonstriksikan sfingter iris. Dalam keadaan gelap, refleks ini dihambat sehingga terjadi dilatasi pupil. Fungsi refleks cahaya adalah membantu mata untuk beradaptasi secara sangat cepat terhadap keadaan perubahan cahaya. Pupil itu sendiri dapat mengecil sampai diameter 1,5 mm dan membesar sampai diameter 8 mm. Batas adaptasi terang dan gelap yang dapat dipengaruhi oleh refleks pupil adalah sekitar 30 – 1. Dan telah diketahui bahwa kedalaman fokus terbesar bisa dicapai bila pupil sangat kecil. Alasannya ialah dengan lubang yang sangat kecil seluruh berkas cahaya akan melalui bagian tengah lensa dan diketahui bahwa cahaya tengah selalu berfokus baik. Pupil itu sendiri berukuran normal dengan diameter 3–4 mm. Pupil kanan dan kiri hampir sama ukurannya, ini disebut isokoria, bila ukurannya berbeda disebut anisokorida. Ada tiga macam refleks mata menurut Guyton, yaitu:     Refleks Pupil,  Refleks Konsensuil, Refleks Mengejap. Pupil adalah bagian mata yang berfungsi mengatur cahaya yang masik bila cahaya redup. Otot-otot pada iris akan berkontraksi dan menyebabkan lubang pupil melebar, jika cahaya kuat maka lubang pupil akan menyempit. Syaraf didalam mata ada dua yaitu syaraf simpatis dan parasimpatis dan ukuran pupil dikendalikan oleh keseimbang antara tonus parasimpatis dan dan simpatis. Serabut preganglion parasimpatis, muncul dari nucleus edinger westphal (nulisiveral dari saraf ketiga) dan kemudian berjalan dalam syaraf ketiga ke ganglion siliau yang terletak dibelakang mata.
c.    Alat yang Digunakan      : Senter, sedotan berukuran 15mm, dan cermin.
d.   Jalannya Percobaan        : 1.1 Menggunakan Senter
                                               Secara langsung, cahaya senter diarahkan ke
mata dari subjek percobaan kemudian perhatikan reaksi pupil mata, setelah disenter pupil mata dari subjek percobaan akan terlihat membesar atau mengecil dan bisa juga tidak terjadi reaksi.
1.2  Sedotan Berukuran 15mm
Genggam sedotan yang berukuran 15mm bersama senter lalu arahkan cahaya senter ke mata subjek percobaan.
1.3  Menggunakan Cermin
Mata subjek percobaan melihat ke cermin lalu arahkan sendiri cahaya senter ke cermin dan tepatkan cahaya senter pada posisi pupil mata.
e.    Hasil Percobaan               : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1   Menggunakan senter, hasil dari percobaan di laboratorium pada subjek percobaan yaitu reaksi pupil mata normal atau tidak membesar ataupun mengecil.
1.1.2   Menggunakan sedotan berukuran 15mm, hasil dari percobaan di laboratorium pada subjek percobaan yaitu reaksi pupil mata mengecil.
1.1.3   Menggunakan cermin, hasil dari percobaan di laboratorium pada subjek percobaan yaitu reaksi pupil mata mengecil secara lambat.
1.2  Hasil Sebenarnya
  1.2.1 Mata yang terkena cahaya secara tiba-
tiba kurang lebih dari 2 menit akan memberikan reaksi pupil yang mengecil dan iris akan mendekat dengan cepat. Sedangkan mata yang terkena cahaya secara tiba-tiba si pupil ini akan mengecil secara lambat dan iris mengecil secara lambat.
          1.2.2 Pupil  mata  terantung iris  (semacam
otak kecil) mempunyai 2 sifat yaitu: yang pertama mendekati jika cahaya terlalu terang dan yg kedua menjauh ketika cahaya masuk terlalu redup.
1.2.3 Jika mata tidak siap terkena cahaya,
pupil mengecil secara langsung. Namun jika siap terkena cahaya, pupil mengecil perlahan.
f.     Kesimpulan                      : Refleks     (Reaksi   Pupil)    adalah     peristiwa
mengecilnya pupil dikarenakan adanya sebuah rangsangan dari cahaya. Fungsi refleks cahaya adalah membantu mata untuk beradaptasi secara sangat cepat terhadap keadaan perubahan cahaya. Jika dikenakan cahaya secara tiba-tiba maka pupil akan mengecil cepat. Jika mata yang tidak terkena cahaya tiba-tiba maka pupil mengecil secara lambat dan iris mendekat secara lambat.
g.    Daftar Pustaka                : Guyton, Arthur C. & John E. Hall (2007). Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Evelyn C.  Pearce (2006). Buku  Anatomi  dan 
Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:  PT  Gramedia.
Santoso, Imam. (1997). Ilmu Pengetahuan Alam
              Biologi. Jakarta: Yudhistira.



2.    Percobaan                             : Indera Penglihatan
Nama Percobaan                  : Aliran Darah pada Retina (Peristiwa Entropis)
Nama Subjek Percobaan     : Hendra Saputra
Tempat Percobaan               : Laboratorium Psikologi Faal
a.    Tujuan Percobaan           : Melihat bahwa pada mata terdapat eritosit yang
berjalan sepanjang pembuluh darah arteri atau vena.
b.   Dasar Teori                      : Retina merupakan bagian mata berupa selaput
tipis sel yang berfungsi sebagai penerima cahaya dan di proses menjadi sinyal syaraf. Fungsi retina  juga sebagai penghasil persepsi secara visual. Retina memiliki diameter berkisar antara 22-24 mm, di bagian tengah retina mata terdapat sebuah cakram yang di sebut cakram optik, atau lebih dikenal dengan istilah titik buta. Cakram tersebut terlihat seperti oval yang  berwarna putih dan memiliki ukuran 3 mm. Karena di dalam retina terdapat fotoreseptor. Didalam retina juga terdapat sel-sel yang bersifat sensitif terhadap cahaya. Retina memiliki dua sel reseptor yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang terletak di bagian tepi, yang berfungsi dalam keadaan cahaya redup. Jumlah sel batang paa retina berjumlah 120 juta sel . sel kerucut terletak di bagin tengah mata, berjumlah sekitar 7 juta sel, yang berfungsi sebagai penentu warna suatu objek. Di dalam retina juga terdapat bintik kuning, yaitu bagian mata yang sangat  peka terhadap cahaya. Bintik kuning terletak tepat di bagian belakang garis mata. Di dalam bintik kuning terdapat banyak sekali sel-sel kerucut. Selain bintik kuning, di dalam retina juga terdapat bintik buta yang terletak tepat di tempat membeloknya syaraf-syaraf penglihatan. Bintik buta berfungsi sebagai jalur syaraf dan tidak memiliki sel-sel reseptor, sehingga tidak dapat mengenali cahaya. Retina pada manusia terdiri dari sepuluh lapisan : Retinal Pigmentepithelium, Lapisan Fotoreseptor segmen di dalam dan di luar, Membran limitans ekstern, Lapisan luar inti sel fotoreseptor, Lapisan luar Pleximorfis, Lapisan dalam badan inti, Lapisan dalam Pleximorfis, Lapisan sel ganglion, Lapisan serat syaraf, Membran limitans intern. Pembuluh darah adalah sistem peredaran darah yang mengangkut darah keseluruh tubuh. Lapisan terdalam pada retina terdapat  pembuluh darah arteri atau  pembuluh nadi yang fungsinya untuk membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh dan pembuluh  darah  vena atau pembuluh  balik yang berfungsi membawa darah dari tubuh ke jantung, kedua pembuluh darah ini adalah yang mengatur aliran darah pada mata.
c.    Alat yang Digunakan      : Senter dan kaca reben (kaca hitam).
d.   Jalannya Percobaan        : 2.1 Secara langsung
                                                    Didalam ruangan laboratorium yang cukup
terang lalu mata subjek percobaan melirik ke kanan. Dari sebelah kiri, pelaku percobaan menyinari mata subjek percobaan dengan disinari cahaya senter. Setelah itu perhatikan pembuluh darah pada retina.
2.2     Melalui kaca reben
Didalam ruangan laboratorium yang cukup
terang lalu mata subjek percobaan melirik ke kanan. Dari sebelah kiri, pelaku percobaan menyinari mata subjek percobaan dengan disinari cahaya senter dari belakang kaca reben dan aliran pembunuh darah menuju retina.
e.    Hasil Percobaan               : 2.1 Hasil Percobaan
2.1.1 Secara   langsung,    setelah  disenter
          aliran darah terlihat, mata memerah.
                                                    2.1.2  Melalui kaca reben, pembuluh darah
arteri mengalami sedikit mata memerah dan terlihat berjalan atau memerah secara lambat.
                                             2.2 Hasil Sebenarnya
                                                     2.2.1  Jika praktikan melirik ke arah kiri dan dari arah kanan matanya diberi cahaya senter dan sebaliknya, maka pada retina akan terlihat pembuluh arteri (pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh, disebut pembuluh nadi) atau vena (pembuluh balik) yang bergerak.
f.     Kesimpulan                      : Retina merupakan bagian mata berupa selaput
tipis sel yang berfungsi sebagai penerima cahaya dan di proses menjadi sinyal syaraf. Fungsi retina  juga sebagai penghasil persepsi secara visual. Pembuluh darah terlihat karena adanya retina mata yang terkena cahaya sedangkan pembuluh darah tidak terlihat karena adanya kapiler didalam retina. Pembuluh darah adalah sistem peredaran darah yang membawa darah ke seluruh tubuh.
g.    Daftar Pustaka                : Nobackc, R Charles (1982). Anatomi Susunan
Syaraf Manusia Edisi Ke 2. Jakarta Utara: CV, EEC Penerbit Buku Kedokteran.
Evelyn C.  Pearce (2006). Buku  Anatomi  dan 
Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:  PT  Gramedia.
Hegner,  Barbara  (2003).  Pengenalan  Asisten
              Keperawatan. Jakarta: EGC.


3.      Percobaan                            : Indera Penglihatan
Nama Percobaan                 : Visus (Ketajaman Penglihatan)
Nama Subjek Percobaan    : Muhammad Azis Kurniawan
Tempat Percobaan              : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan        : Mengetahui ketajaman penglihatan seseorang.
b.      Dasar Teori                    : Untuk dapat melihat, stimulus (cahaya) harus
jatuh reseptor dalam retina kemudian diteruskan ke pusat penglihatan (fovea centralis). Untuk dapat melihat dengan baik perlu ketajaman penglihatan. Ketajaman penglihatan inilah yang disebut visus. Menurut Guyton (1983), mata merupakan organ indra yang kompleks. Untuk melihat benda, mata mengalami akomodasi yang dikenal dengan titik terdekat (punctum proximum) yaitu titik yang masih dapat dilihat dengan akomodasi berjarak 25 cm. Titik terjauh (punctum remotum) yaitu titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas tanpa melakukan akomodasi. Menurut   Ganong   (2003)   Buta   warna merupakan  penyakit  keturunan  yang terekspresi pada para pria, tetapi tidak pada wanita. Wanita secara genitis sebagai carrier. Istilah buta warna atau colour  blind sebetulnya  salah  pengertian dan menyesatkan, karena seorang penderita buta warna  tidak  buta  terhadap  seluruh  warna. Akan lebih  tepat  bila  disebut  gejala  defisiensi daya melihat  warna  tertentu  saja  atau colour vision difiency. Fakta menunjukkan bahwa penglihatan orang yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan mata adalah Phisis Mata, yaitu aberasi pada mata, besar kecilnya pupil mata, fiksasi dari obyek, dan lain-lain.  Stimulus, yaitu intensitas cahaya, besar kecilnya obyek, kontras atau tidak, dan lain sebagainya. Struktur Retina, yaitu semakin kecil atau semakin dekat letak konus maka semakin minim pula kemungkinan adanya minimum separabel. Berdasarkan teori Linsting Ponders, mata sebagai substansi yang homogen, sehingga terjadi pada satu kali pembiasan dari udara ke mata. Indeks refraksi mata dianggap sama dengan indeks bias air, yaitu 1,33. Selain itu mereka berpendapat bahwa dataran kornea mata mempunyai radius 5 mm. Retina berjarak 15mm dari centrum optics. Ketajaman penglihatan seseorang dapat diperiksa atau diukur dengan menggunakan Optotype dari Snellen yang berupa papan yang berisi tulisan-tulisan huruf yang besarnya sudah ditentukan. Huruf-huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter karena dianggap bahwa pada jarak tersebut sinar yang masuk sejajar, sehingga mata dalam keadaan beristirahat (tanpa akomodasi). Visus adalah suatu bilangan pecahan yang menunjukkan kemampuan mata untuk melihat sederetan huruf tertentu pada Optotype Snellen yakni sederetan huruf dengan ketentuannya. Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitivitas dari interpretasi di otak. Visus adalah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah standisasi serta ukuran yang tersering digunakan dalam klinik. Istilah visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0,164 dioptri). Untuk alasan tersebut visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan manusia, visus 20/40 dapat dianggap separuh dari ketajaman penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal. Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Metode klinis yang digunakan untuk menyatakan besarnya tajam penglihatan dapat menggunakan angka pecahan yang merupakan rasio antara kedua jarak yang juga merupakan rasio tajam seseorang dibandingkan dengan tajam penglihatan pada orang normal.
c.    Alat yang Digunakan      : Snellen Chart (Optotype Snellen).
d.   Jalannya Percobaan        : 3.1  Menggunakan Snellen Chart
Subjek percobaan berdiri di hadapan Snellen Chart dengan jarak 3,5 meter lalu mata kanan dan kiri diberi percobaan menyebut huruf dan warna dengan ditutup secara bergantian.
e.    Hasil Percobaan               : 3.1  Hasil Percobaan
                                                   3.1.1  Ketika saya berdiri 3,5 meter dari Snellen Chart dengan salah satu mata ditutupi oleh tangan maka hasil dari  ketajaman mata kiri saya 15 dan mata kanan adalah 15.
3.2  Hasil Sebenarnya
                                                   3.2.1  Tidak  ada  hasil  yang   sebenarnya.
f.  Kesimpulan                      : Perbedaan dari ketajaman masing masing orang juga berbeda beda. Seseorang dapat melihat bagus atau tidaknya penglihatan tergantung pada fokus retina. Ketajaman visus dipengaruhi oleh diamter pupil. Ada 2 tipe reseptor, yaitu Rod (batang) dan Cone (kerucut).
g.  Daftar Pustaka                : Radiopoetro, R. (1986). Psikologi Faal I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
                                                  Puspitawati, Ira., (1999).  Psikologi Faal Seri Diktat Kuliah. Depok: Universitas Gunadarma.
                                                  Guyton, Arthur C. & John E. Hall (2007). Buku
                                                                Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.



4.    Percobaan                             : Indera Penglihatan
Nama Percobaan                  : Membedakan Warna dan Percampuran Warna Secara Objektif
Nama Subjek Percobaan     : Muhammad Azis Kurniawan
Tempat Percobaan               : Laboratorium Psikologi Faal
a.    Tujuan Percobaan           : Mengetahui apakah seseorang dapat
                                             membedakan warna atau buta warna.
b.   Dasar Teori                      : Warna   merupakan   spektrum  tertentu   yang
terdapat di dalam cahaya yang sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna di tentikan oleh panjang gelombang cahaya tersebut. Salah satu contoh, warna biru. Warna biru memiliki panjang gelombang berkisar antara 460 nanometer panjang gelombang warna yang masih dapat di tangkap oleh mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer. Di dalam peralatan optik, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap 3 warna primer cahaya, yaitu : merah, hijau dan biru yang di gabungkan dalam komposisi tertentu. Contohnya percampuran 100% merah, 0 % hijau dan 100% biru. Maka dari percampuran 3 warna ini akan menghasilkan interpretasi tertentu yaitu warna magenta. Buta warna merupakan kelainan pada seseorang yang tidak dapat membedakan warna. Kelainan ini dikendalikan gen yang berada pada kromosom X dan bersifat resesif. Buta warna adalah penyakit genetis akibat rusaknya sel kerucut pada retina. Buta warna dikenal dengan adanya dua jenis, yaitu buta warna permanen atau total dan buta warna temporer. Buta warna permanen merupakan buta warna yang tidak dapat melihat warna dasar seperti warna dasar merah dan hijau, karena kedua warna ini akan terlihat hitam, sementara warna kuning dan biru akan terlihat terang. Buta warna temporer akan memperlihatkan bahwa seseorang tidak dapat membedakan warna merah tua, merah darah, merah tomat, merah cabe, merah bata, merah muda dan warna lainnya karena orang yang buta warna temporer akan menyebutkan satu warna dasar saja. Ada suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat melihat warna sama sekali. Cacat tersebut dinamakan buta warna yang mempengaruhi total maupun sebagian kemampuan individu untuk membedakan warna. Variasi dari buta warna yang dibawa sejak lahir cukup nyata, anatara lain Akromatisme atau Akromatopsia dan Diakromatisme. Salah satu cara untuk mengetahui apakah orang tersebut menderita buta warna atau tidak, dapat dilihat dengan uji Stilling Isihara. Buku tersebut berisi gambar-gambar yang memiliki bentuk-bentuk yang terdiri bercak-bercak yang bentuknya menyerupai. Bentuk-bentuk tersebut sengaja dibuat dari warna-warna yang akan tampak sama dengan dasarnya bagi orang yang buta warna. Warna adalah kesan daripada cahaya dan sekiranya warna dicampur, ini bermakna cahaya berlainan warna.
c.    Alat yang Digunakan        : Kaca reben, benang wol berbagai warna, kertas
                                             berwarna merah, kuning dan biru.
d.  Jalannya Percobaan           : 4.1  Menggunakan Kertas dan Kaca Reben
Setiap kertas yang berwarna berbeda diletakkan sejajar dan ditengahnya diberi kaca reben, lalu warna akan terlihat berbeda.
4.2   Menggunakan Benang Wol
Mencocokan warna benang wol yang telah dicampur-campur untuk menyamakan benang wol pelaku percobaan. Atau cocokan dengan benang wol yang telah disediakan.
e.  Hasil Percobaan               : 4.1  Hasil Percobaan
                                                              4.1.1  Hasil dari menggunakan kertas warna dan kaca reben yaitu merah sama kuning sama dengan merah, merah sama biru sama dengan ungu, kuning sama biru sama dengan hijau.
4.1.2  Hasil dari mencocokan 3 warna, saya
          benar 3 dan salah 0.
4.2  Hasil Sebenarnya
4.2.1  Membedakan warna, kertas merah sama kertas biru samadengan ungu, kertas merah sama kertas kuning samadengan orange, kertas kuning sama kertas biru samadengan hijau.
4.2.2  Percobaan dengan benang wol, disebut dengan Holmgren. Hijau merupakan warna penetral.
f.   Kesimpulan                     : Warna   merupakan   spektrum  tertentu   yang
     terdapat di dalam cahaya yang sempurna (berwarna putih). Terlambat bekerjanya retina dapat disebabkan karena adanya stimulus cahaya yang dekat menimbulkan terjadinya warna yang bercampur dari cahaya ke retina. Dapat dilihat hasil pencampuran warna merah dan biru adalah ungu. Kuning dan biru adalah hijau.
g.  Daftar Pustaka                : Evelyn C.  Pearce (2006). Buku  Anatomi  dan 
                                                  Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:  PT  Gramedia.
                                   Puspitawati, Ira., (1999).  Psikologi Faal Seri Diktat Kuliah. Depok: Universitas Gunadarma
                                   Widyanigsih, Ratri., Kridalaksa, A H., Hakim, A R.(2010). Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Isihara Berbasis Komputer. Jurnal Informatika Mulawarman, 5,36.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar