LAPORAN
PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
NPM : 13515917 2. Desi Ratnasari
Tanggal
Praktikum : 31
Maret 2016 Paraf
Asisten :
1. Percobaan : Indera
Penglihatan
Nama
Percobaan : Refleks
(reaksi pupil)
Nama
Subjek Percobaan : Hendra
Saputra
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui
serta memahami reaksi
reaksi
yang terjadi pada pupil mata.
b.
Dasar
Teori : Pupil adalah celah yang
terbentuk akibat iris,
fungsi dari celah ini adalah tempat
cahaya masuk. Fungsi dari pupil adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk.
Fungsinya ini hampir sama dengan diagfragma pada kamera atau alat potret. pupil
ini berbentuk seperti celah bulat yang letaknya berada di tengah iris. Atau
pupil adalah lubang dibagian tengah iris tempat cahaya masuk ke lensa. Pupil tampak
hitam
pada dasarnya semua cahaya yang masuk diserap didalam mata. Jika cahaya disinari ke dalam mata, maka pupil akan mengecil. Bila cahaya mengenai retina terjadi impuls yang mula-mula berjalan melalui nervus optikus dan kemudian ke nukleus edinger westphal dan akhirnya kembali melalui syaraf parasimpatis untuk mengkonstriksikan sfingter iris. Dalam keadaan gelap, refleks ini dihambat sehingga terjadi dilatasi pupil. Fungsi refleks cahaya adalah membantu mata untuk beradaptasi secara sangat cepat terhadap keadaan perubahan cahaya. Pupil itu sendiri dapat mengecil sampai diameter 1,5 mm dan membesar sampai diameter 8 mm. Batas adaptasi terang dan gelap yang dapat dipengaruhi oleh refleks pupil adalah sekitar 30 – 1. Dan telah diketahui bahwa kedalaman fokus terbesar bisa dicapai bila pupil sangat kecil. Alasannya ialah dengan lubang yang sangat kecil seluruh berkas cahaya akan melalui bagian tengah lensa dan diketahui bahwa cahaya tengah selalu berfokus baik. Pupil itu sendiri berukuran normal dengan diameter 3–4 mm. Pupil kanan dan kiri hampir sama ukurannya, ini disebut isokoria, bila ukurannya berbeda disebut anisokorida. Ada tiga macam refleks mata menurut Guyton, yaitu: Refleks Pupil, Refleks Konsensuil, Refleks Mengejap. Pupil adalah bagian mata yang berfungsi mengatur cahaya yang masik bila cahaya redup. Otot-otot pada iris akan berkontraksi dan menyebabkan lubang pupil melebar, jika cahaya kuat maka lubang pupil akan menyempit. Syaraf didalam mata ada dua yaitu syaraf simpatis dan parasimpatis dan ukuran pupil dikendalikan oleh keseimbang antara tonus parasimpatis dan dan simpatis. Serabut preganglion parasimpatis, muncul dari nucleus edinger westphal (nulisiveral dari saraf ketiga) dan kemudian berjalan dalam syaraf ketiga ke ganglion siliau yang terletak dibelakang mata.
pada dasarnya semua cahaya yang masuk diserap didalam mata. Jika cahaya disinari ke dalam mata, maka pupil akan mengecil. Bila cahaya mengenai retina terjadi impuls yang mula-mula berjalan melalui nervus optikus dan kemudian ke nukleus edinger westphal dan akhirnya kembali melalui syaraf parasimpatis untuk mengkonstriksikan sfingter iris. Dalam keadaan gelap, refleks ini dihambat sehingga terjadi dilatasi pupil. Fungsi refleks cahaya adalah membantu mata untuk beradaptasi secara sangat cepat terhadap keadaan perubahan cahaya. Pupil itu sendiri dapat mengecil sampai diameter 1,5 mm dan membesar sampai diameter 8 mm. Batas adaptasi terang dan gelap yang dapat dipengaruhi oleh refleks pupil adalah sekitar 30 – 1. Dan telah diketahui bahwa kedalaman fokus terbesar bisa dicapai bila pupil sangat kecil. Alasannya ialah dengan lubang yang sangat kecil seluruh berkas cahaya akan melalui bagian tengah lensa dan diketahui bahwa cahaya tengah selalu berfokus baik. Pupil itu sendiri berukuran normal dengan diameter 3–4 mm. Pupil kanan dan kiri hampir sama ukurannya, ini disebut isokoria, bila ukurannya berbeda disebut anisokorida. Ada tiga macam refleks mata menurut Guyton, yaitu: Refleks Pupil, Refleks Konsensuil, Refleks Mengejap. Pupil adalah bagian mata yang berfungsi mengatur cahaya yang masik bila cahaya redup. Otot-otot pada iris akan berkontraksi dan menyebabkan lubang pupil melebar, jika cahaya kuat maka lubang pupil akan menyempit. Syaraf didalam mata ada dua yaitu syaraf simpatis dan parasimpatis dan ukuran pupil dikendalikan oleh keseimbang antara tonus parasimpatis dan dan simpatis. Serabut preganglion parasimpatis, muncul dari nucleus edinger westphal (nulisiveral dari saraf ketiga) dan kemudian berjalan dalam syaraf ketiga ke ganglion siliau yang terletak dibelakang mata.
c. Alat yang Digunakan : Senter, sedotan berukuran 15mm, dan cermin.
d. Jalannya Percobaan : 1.1 Menggunakan
Senter
Secara
langsung, cahaya senter diarahkan ke
mata dari subjek
percobaan kemudian perhatikan reaksi pupil mata, setelah disenter pupil mata
dari subjek percobaan akan terlihat membesar atau mengecil dan bisa juga tidak
terjadi reaksi.
1.2
Sedotan Berukuran 15mm
Genggam sedotan
yang berukuran 15mm bersama senter lalu arahkan cahaya senter ke mata subjek
percobaan.
1.3
Menggunakan Cermin
Mata subjek
percobaan melihat ke cermin lalu arahkan sendiri cahaya senter ke cermin dan tepatkan
cahaya senter pada posisi pupil mata.
e. Hasil Percobaan : 1.1
Hasil Percobaan
1.1.1 Menggunakan
senter, hasil dari percobaan di laboratorium pada subjek percobaan yaitu reaksi
pupil mata normal atau tidak membesar ataupun mengecil.
1.1.2 Menggunakan
sedotan berukuran 15mm, hasil dari percobaan di laboratorium pada subjek
percobaan yaitu reaksi pupil mata mengecil.
1.1.3 Menggunakan
cermin, hasil dari percobaan di laboratorium pada subjek percobaan yaitu reaksi
pupil mata mengecil secara lambat.
1.2 Hasil Sebenarnya
1.2.1 Mata yang terkena cahaya secara tiba-
tiba
kurang lebih dari 2 menit akan memberikan reaksi pupil yang mengecil dan iris
akan mendekat dengan cepat. Sedangkan mata yang terkena cahaya secara tiba-tiba
si pupil ini akan mengecil secara lambat dan iris mengecil secara lambat.
1.2.2 Pupil mata
terantung iris (semacam
otak
kecil) mempunyai 2 sifat yaitu: yang pertama mendekati jika cahaya terlalu
terang dan yg kedua menjauh ketika cahaya masuk terlalu redup.
1.2.3
Jika mata tidak siap terkena cahaya,
pupil
mengecil secara langsung. Namun jika siap terkena cahaya, pupil mengecil
perlahan.
f.
Kesimpulan : Refleks
(Reaksi Pupil)
adalah
peristiwa
mengecilnya
pupil dikarenakan adanya sebuah rangsangan dari cahaya. Fungsi refleks cahaya
adalah membantu mata untuk beradaptasi secara sangat cepat terhadap keadaan
perubahan cahaya. Jika dikenakan cahaya secara tiba-tiba maka pupil akan
mengecil cepat. Jika mata yang tidak terkena cahaya tiba-tiba maka pupil
mengecil secara lambat dan iris mendekat secara lambat.
g.
Daftar
Pustaka : Guyton, Arthur C. &
John E. Hall (2007). Buku
Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Evelyn
C. Pearce (2006). Buku Anatomi dan
Fisiologi
untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
Santoso,
Imam. (1997). Ilmu Pengetahuan Alam
Biologi. Jakarta: Yudhistira.
2. Percobaan : Indera Penglihatan
Nama Percobaan : Aliran Darah pada Retina (Peristiwa Entropis)
Nama Subjek Percobaan : Hendra
Saputra
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Melihat bahwa pada mata terdapat eritosit yang
berjalan
sepanjang pembuluh darah arteri atau vena.
b.
Dasar
Teori : Retina
merupakan bagian mata berupa selaput
tipis
sel yang berfungsi sebagai penerima cahaya dan di proses menjadi sinyal syaraf.
Fungsi retina juga sebagai penghasil
persepsi secara visual. Retina memiliki diameter berkisar antara 22-24 mm, di
bagian tengah retina mata terdapat sebuah cakram yang di sebut cakram optik,
atau lebih dikenal dengan istilah titik buta. Cakram tersebut terlihat seperti
oval yang berwarna putih dan memiliki
ukuran 3 mm. Karena di dalam retina terdapat fotoreseptor. Didalam retina juga
terdapat sel-sel yang bersifat sensitif terhadap cahaya. Retina memiliki dua
sel reseptor yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang terletak di bagian
tepi, yang berfungsi dalam keadaan cahaya redup. Jumlah sel batang paa retina
berjumlah 120 juta sel . sel kerucut terletak di bagin tengah mata, berjumlah
sekitar 7 juta sel, yang berfungsi sebagai penentu warna suatu objek. Di dalam
retina juga terdapat bintik kuning, yaitu bagian mata yang sangat peka terhadap cahaya. Bintik kuning terletak
tepat di bagian belakang garis mata. Di dalam bintik kuning terdapat banyak
sekali sel-sel kerucut. Selain bintik kuning, di dalam retina juga terdapat
bintik buta yang terletak tepat di tempat membeloknya syaraf-syaraf
penglihatan. Bintik buta berfungsi sebagai jalur syaraf dan tidak memiliki
sel-sel reseptor, sehingga tidak dapat mengenali cahaya. Retina pada manusia
terdiri dari sepuluh lapisan : Retinal Pigmentepithelium, Lapisan Fotoreseptor
segmen di dalam dan di luar, Membran limitans ekstern, Lapisan luar inti sel
fotoreseptor, Lapisan luar Pleximorfis, Lapisan dalam badan inti, Lapisan dalam
Pleximorfis, Lapisan sel ganglion, Lapisan serat syaraf, Membran limitans
intern. Pembuluh darah adalah sistem peredaran darah yang mengangkut darah
keseluruh tubuh. Lapisan terdalam pada retina terdapat pembuluh darah arteri atau pembuluh nadi yang fungsinya untuk membawa
darah dari jantung ke seluruh tubuh dan pembuluh darah
vena atau pembuluh balik yang
berfungsi membawa darah dari tubuh ke jantung, kedua pembuluh darah ini adalah
yang mengatur aliran darah pada mata.
c.
Alat
yang Digunakan : Senter dan kaca reben (kaca hitam).
d.
Jalannya
Percobaan : 2.1 Secara langsung
Didalam
ruangan laboratorium yang cukup
terang
lalu mata subjek percobaan melirik ke kanan. Dari sebelah kiri, pelaku
percobaan menyinari mata subjek percobaan dengan disinari cahaya senter.
Setelah itu perhatikan pembuluh darah pada retina.
2.2 Melalui
kaca reben
Didalam
ruangan laboratorium yang cukup
terang
lalu mata subjek percobaan melirik ke kanan. Dari sebelah kiri, pelaku
percobaan menyinari mata subjek percobaan dengan disinari cahaya senter dari
belakang kaca reben dan aliran pembunuh darah menuju retina.
e.
Hasil
Percobaan : 2.1 Hasil Percobaan
2.1.1
Secara langsung,
setelah disenter
aliran darah terlihat, mata memerah.
2.1.2 Melalui
kaca reben, pembuluh darah
arteri
mengalami sedikit mata memerah dan terlihat berjalan atau memerah secara
lambat.
2.2
Hasil Sebenarnya
2.2.1 Jika praktikan melirik ke arah kiri dan dari
arah kanan matanya diberi cahaya senter dan sebaliknya, maka pada retina akan
terlihat pembuluh arteri (pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke
seluruh tubuh, disebut pembuluh nadi) atau vena (pembuluh balik) yang bergerak.
f.
Kesimpulan : Retina merupakan bagian mata berupa selaput
tipis
sel yang berfungsi sebagai penerima cahaya dan di proses menjadi sinyal syaraf.
Fungsi retina juga sebagai penghasil
persepsi secara visual. Pembuluh darah terlihat karena adanya retina mata yang
terkena cahaya sedangkan pembuluh darah tidak terlihat karena adanya kapiler
didalam retina. Pembuluh darah adalah sistem peredaran darah yang membawa darah
ke seluruh tubuh.
g.
Daftar
Pustaka : Nobackc, R Charles (1982). Anatomi Susunan
Syaraf
Manusia Edisi Ke 2. Jakarta Utara: CV, EEC Penerbit Buku Kedokteran.
Evelyn
C. Pearce (2006). Buku Anatomi dan
Fisiologi
untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
Hegner,
Barbara (2003). Pengenalan Asisten
Keperawatan. Jakarta: EGC.
3.
Percobaan : Indera Penglihatan
Nama Percobaan : Visus (Ketajaman Penglihatan)
Nama Subjek Percobaan : Muhammad Azis
Kurniawan
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Mengetahui ketajaman penglihatan
seseorang.
b.
Dasar
Teori : Untuk dapat melihat, stimulus (cahaya) harus
jatuh
reseptor dalam retina kemudian diteruskan ke pusat penglihatan (fovea
centralis). Untuk dapat melihat dengan baik perlu ketajaman penglihatan.
Ketajaman penglihatan inilah yang disebut visus. Menurut Guyton (1983), mata
merupakan organ indra yang kompleks. Untuk melihat benda, mata mengalami
akomodasi yang dikenal dengan titik terdekat (punctum proximum) yaitu titik
yang masih dapat dilihat dengan akomodasi berjarak 25 cm. Titik terjauh
(punctum remotum) yaitu titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas
tanpa melakukan akomodasi. Menurut Ganong (2003)
Buta warna merupakan penyakit
keturunan yang terekspresi pada
para pria, tetapi tidak pada wanita. Wanita secara genitis sebagai carrier. Istilah
buta warna atau colour blind
sebetulnya salah pengertian dan menyesatkan, karena seorang
penderita buta warna tidak buta
terhadap seluruh warna. Akan lebih tepat
bila disebut gejala
defisiensi daya melihat
warna tertentu saja
atau colour vision difiency. Fakta menunjukkan bahwa penglihatan orang
yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
ketajaman penglihatan mata adalah Phisis Mata, yaitu aberasi pada mata, besar
kecilnya pupil mata, fiksasi dari obyek, dan lain-lain. Stimulus, yaitu intensitas cahaya, besar
kecilnya obyek, kontras atau tidak, dan lain sebagainya. Struktur Retina, yaitu
semakin kecil atau semakin dekat letak konus maka semakin minim pula kemungkinan
adanya minimum separabel. Berdasarkan teori Linsting Ponders, mata sebagai
substansi yang homogen, sehingga terjadi pada satu kali pembiasan dari udara ke
mata. Indeks refraksi mata dianggap sama dengan indeks bias air, yaitu 1,33.
Selain itu mereka berpendapat bahwa dataran kornea mata mempunyai radius 5 mm.
Retina berjarak 15mm dari centrum optics. Ketajaman penglihatan seseorang dapat
diperiksa atau diukur dengan menggunakan Optotype dari Snellen yang berupa
papan yang berisi tulisan-tulisan huruf yang besarnya sudah ditentukan. Huruf-huruf
tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter karena dianggap bahwa pada jarak
tersebut sinar yang masuk sejajar, sehingga mata dalam keadaan beristirahat
(tanpa akomodasi). Visus adalah suatu bilangan pecahan yang menunjukkan
kemampuan mata untuk melihat sederetan huruf tertentu pada Optotype Snellen
yakni sederetan huruf dengan ketentuannya. Visus adalah ketajaman atau
kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari
ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitivitas dari interpretasi di
otak. Visus adalah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi
simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang
telah standisasi serta ukuran yang tersering digunakan dalam klinik. Istilah
visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki yang
mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter
dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga
dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk
memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0,164 dioptri). Untuk
alasan tersebut visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak
penglihatan manusia, visus 20/40 dapat dianggap separuh dari ketajaman
penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal.
Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan
gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki
densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi
tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Metode klinis yang digunakan untuk
menyatakan besarnya tajam penglihatan dapat menggunakan angka pecahan yang
merupakan rasio antara kedua jarak yang juga merupakan rasio tajam seseorang
dibandingkan dengan tajam penglihatan pada orang normal.
c.
Alat
yang Digunakan : Snellen Chart (Optotype Snellen).
d.
Jalannya
Percobaan : 3.1 Menggunakan Snellen Chart
Subjek
percobaan berdiri di hadapan Snellen Chart dengan jarak 3,5 meter lalu mata
kanan dan kiri diberi percobaan menyebut huruf dan warna dengan ditutup secara
bergantian.
e.
Hasil
Percobaan : 3.1 Hasil Percobaan
3.1.1 Ketika saya berdiri 3,5 meter dari Snellen
Chart dengan salah satu mata ditutupi oleh tangan maka hasil dari ketajaman mata kiri saya 15 dan mata kanan
adalah 15.
3.2 Hasil Sebenarnya
f. Kesimpulan : Perbedaan dari
ketajaman masing masing orang juga berbeda beda. Seseorang dapat melihat bagus
atau tidaknya penglihatan tergantung pada fokus retina. Ketajaman visus
dipengaruhi oleh diamter pupil. Ada 2 tipe reseptor, yaitu Rod (batang) dan
Cone (kerucut).
g. Daftar Pustaka : Radiopoetro, R. (1986). Psikologi Faal I.
Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Puspitawati,
Ira., (1999). Psikologi Faal Seri Diktat
Kuliah. Depok: Universitas Gunadarma.
Guyton,
Arthur C. & John E. Hall (2007). Buku
Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
4. Percobaan : Indera
Penglihatan
Nama Percobaan : Membedakan Warna dan Percampuran Warna Secara
Objektif
Nama Subjek Percobaan : Muhammad Azis Kurniawan
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Mengetahui apakah
seseorang dapat
membedakan warna atau buta warna.
membedakan warna atau buta warna.
b.
Dasar
Teori : Warna merupakan
spektrum
tertentu
yang
terdapat
di dalam cahaya yang sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna di
tentikan oleh panjang gelombang cahaya tersebut. Salah satu contoh, warna biru.
Warna biru memiliki panjang gelombang berkisar antara 460 nanometer panjang
gelombang warna yang masih dapat di tangkap oleh mata manusia berkisar antara
380-780 nanometer. Di dalam peralatan optik, warna bisa pula berarti
interpretasi otak terhadap 3 warna primer cahaya, yaitu : merah, hijau dan biru
yang di gabungkan dalam komposisi tertentu. Contohnya percampuran 100% merah, 0
% hijau dan 100% biru. Maka dari percampuran 3 warna ini akan menghasilkan
interpretasi tertentu yaitu warna magenta. Buta warna merupakan kelainan pada
seseorang yang tidak dapat membedakan warna. Kelainan ini dikendalikan gen yang
berada pada kromosom X dan bersifat resesif. Buta warna adalah penyakit genetis
akibat rusaknya sel kerucut pada retina. Buta warna dikenal dengan adanya dua
jenis, yaitu buta warna permanen atau total dan buta warna temporer. Buta warna
permanen merupakan buta warna yang tidak dapat melihat warna dasar seperti warna
dasar merah dan hijau, karena kedua warna ini akan terlihat hitam, sementara
warna kuning dan biru akan terlihat terang. Buta warna temporer akan
memperlihatkan bahwa seseorang tidak dapat membedakan warna merah tua, merah
darah, merah tomat, merah cabe, merah bata, merah muda dan warna lainnya karena
orang yang buta warna temporer akan menyebutkan satu warna dasar saja. Ada
suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat melihat warna sama sekali. Cacat
tersebut dinamakan buta warna yang mempengaruhi total maupun sebagian kemampuan
individu untuk membedakan warna. Variasi dari buta warna yang dibawa sejak
lahir cukup nyata, anatara lain Akromatisme atau Akromatopsia dan
Diakromatisme. Salah satu cara untuk mengetahui apakah orang tersebut menderita
buta warna atau tidak, dapat dilihat dengan uji Stilling Isihara. Buku tersebut
berisi gambar-gambar yang memiliki bentuk-bentuk yang terdiri bercak-bercak
yang bentuknya menyerupai. Bentuk-bentuk tersebut sengaja dibuat dari
warna-warna yang akan tampak sama dengan dasarnya bagi orang yang buta warna.
Warna adalah kesan daripada cahaya dan sekiranya warna dicampur, ini bermakna
cahaya berlainan warna.
c.
Alat yang Digunakan : Kaca
reben, benang wol berbagai warna, kertas
berwarna
merah, kuning dan biru.
d.
Jalannya Percobaan : 4.1 Menggunakan Kertas dan Kaca Reben
Setiap
kertas yang berwarna berbeda diletakkan sejajar dan ditengahnya diberi kaca
reben, lalu warna akan terlihat berbeda.
4.2
Menggunakan
Benang Wol
Mencocokan
warna benang wol yang telah dicampur-campur untuk menyamakan benang wol pelaku
percobaan. Atau cocokan dengan benang wol yang telah disediakan.
e.
Hasil Percobaan : 4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Hasil dari menggunakan kertas warna dan kaca
reben yaitu merah sama kuning sama dengan merah, merah sama biru sama dengan
ungu, kuning sama biru sama dengan hijau.
4.1.2 Hasil dari mencocokan 3 warna, saya
benar 3 dan salah 0.
4.2 Hasil Sebenarnya
4.2.1 Membedakan warna, kertas merah sama kertas
biru samadengan ungu, kertas merah sama kertas kuning samadengan orange, kertas
kuning sama kertas biru samadengan hijau.
4.2.2 Percobaan dengan benang wol, disebut dengan
Holmgren. Hijau merupakan warna penetral.
f. Kesimpulan : Warna merupakan spektrum
tertentu
yang
terdapat di dalam cahaya yang sempurna
(berwarna putih). Terlambat bekerjanya retina dapat disebabkan karena adanya
stimulus cahaya yang dekat menimbulkan terjadinya warna yang bercampur dari
cahaya ke retina. Dapat dilihat hasil pencampuran warna merah dan biru adalah
ungu. Kuning dan biru adalah hijau.
g.
Daftar Pustaka : Evelyn C. Pearce (2006). Buku Anatomi
dan
Fisiologi
untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
Puspitawati,
Ira., (1999). Psikologi Faal Seri Diktat
Kuliah. Depok: Universitas Gunadarma
Widyanigsih,
Ratri., Kridalaksa, A H., Hakim, A R.(2010). Aplikasi Tes Buta Warna Dengan
Metode Isihara Berbasis Komputer. Jurnal Informatika Mulawarman, 5,36.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar